Tuesday, September 15, 2009

Sang Peniru Ulung

Tuesday, 15th of September 2009

Anak kecil itu seperti selembar kertas putih polos yang bebas kita coret sesuka hati kita. Kalimat ini begitu seringnya kita dengar, umumnya dalam topik-topik psikologi. Dan setelah mempunyai anak selama 3 tahun lebih, Bunda semakin menyadari bagaimana benarnya kalimat itu. Memang benar bahwa seorang anak punya sifat, kebiasaan, dan karakter yang belum terbentuk saat kelahirannya. Tugas orang tua dan orang-orang di sekitar si anaklah untuk membentuk itu. Jika ada yang salah saat pembentukan karakter itu, jika ada sifat anak yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, jangan komplain ke siapa-siapa karna jelaslah kesalahan itu ada di kita. Mungkin itulah yang disebut dengan salah asuhan (kaya judul novelnya Marah Roesli ya? ;)).

Apa yang menjadi alat coret-coret kita sebagai orang tua? Tingkah laku kita lah yang utama. Karna seorang anak adalah sang peniru ulung yang sangat senang meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya yang dirasanya menyenangkan. Contoh pada Effan. Sekitar setahun yang lalu, Effan sangat mudah untuk disuruh membuang sampah di tempat sampah karna Bunda ngajarin dia untuk begitu. Tapi sekarang, susahnya setengah mati karna dia melihat figur lain yang tidak melakukan itu karna ada mbak-mbaknya yang siap untuk membereskan sampahnya dan Effan pun menganggap itu lebih menyenangkan. Contoh lain, untuk sikat gigi sebelum tidur. Bunda selalu sikat gigi sebelum masuk kamar di malam hari, sedangkan Ayah amat sangat jarang sikat gigi sebelum tidur karna lebih senang sikat gigi waktu mandi malam. Jadinya susah-susah gampang untuk ngajak Effan sikat gigi sebelum tidur karna ada figur lain yang tidak melakukan itu dan untuk Effan lebih enak langsung masuk kamar tidur tanpa mampir dulu ke kamar mandi. Demikian pula halnya dengan masalah berdoa malam. Effan juga susah banget untuk diajak berdoa sebelum tidur karna ada dua kebiasaan berbeda antara Ayah dan Bunda dan dia memilih untuk meniru kebiasaan yang lebih menyenangkan untuknya.

Contoh lainnya dalam hal perkataan. Bunda suka ngomel ama Effan kalo dia ga mau denger apa yang Bunda bilang dan akhirnya terjadi suatu keributan karna kemasabohannya itu. Biasanya Bunda marah dan bilang, 'ga punya telinga ya, ga dengerin Bunda?!' Kali lain kalo Effan minta sesuatu yang ga Bunda izinkan dan akhirnya permintaannya itu Bunda cuekin, dia bakal balas dengan pernyataan Bunda itu tadi. Kalimat lain yang sering ditiru adalah 'jangan bikin Bunda (Effan) marah ya...!!', 'nanti Bunda (Effan) marah lho', 'si Effan (Bunda) teh', dan kalimat lainnya baik yang pantas maupun tidak.

Kebiasaan yang buruk banyak juga ni yang ditiru Effan, yang ditiru dari seluruh orang rumah. Makan di kamar, main PS keseringan, naro barang-barangnya (mainan, sepeda diparkir sembarangan, pakaian, boneka) sembarangan (padahal udah diajarin tidy up di sekolah), nyuruh-nyuruh mbaknya padahal dia bisa ngerjain sendiri (dengan arti dia semakin males sekarang).

Hmm....dimulai dari Bunda dan Ayah, ayo bertingkah laku sesuai dengan apa yang kita harapkan untuk Effan biar ga ada penyesalan nantinya dan biar ga perlu mendidik anak sampai berkali-kali.

No comments: