Tuesday, February 19, 2013

Ciri negara berkembang (?)

Saya pernah membaca quote seseorang, tapi lupa euy, baca dimana dan siapa yang memberi quotenya. Quotenya kira-kira begini bunyinya setelah dibahasaindonesiakan:
"Di negara berkembang, orang-orang berlomba untuk mendapatkan kendaraan pribadi. Sedangkan di negara maju, orang-orangnya berlomba untuk dapat menggunakan transportasi umum."
Translate-annya jelek banget deh ini. Tapi kira-kira begitulah intinya.

Setelah sempat mengalami kehidupan (yang tidak hanya sekedar berwisata) ke negara maju dan hampir seumur hidup tinggal di negara berkembang, sepertinya saya pun menjadi cukup paham mengenai hal ini. Memang di negara berkembang (entah semua negara berkembang atau ini mostly hanya di Indonesia ya?), situasinya sangat tidak ramah untuk pengguna transportasi umum. Plus sarana-sarana penunjangnya yang sangat tidak layak, contohnya trotoar. Padahal sudah sangat pasti pengguna transportasi umum juga akan menggunakan trotoar. Jadi amat sangat wajar kalo golongan menengah pun akan berlomba-lomba untuk mempunyai their own vehicle. Apalagi golongan atas. Naahh...berikut adalah beberapa foto kondisi trotoar untuk pejalan kaki yang amat sangat tidak layak yang saya temukan di Jakarta. Sebagian adalah trotoar yang sehari-hari harus saya lewati.

Di empat foto pertama, lokasinya adalah di sepanjang Jalan Otto Iskandardinata, Jakarta Timur, antara terminal Kampung Melayu hingga Gereja Antonius Padua.

Liat deh di foto pertama ini. Seluruh badan trotoar digunakan oleh pedagang kaki lima untuk membuka lapaknya. Trus eike si pejalan kaki ini jadi mesti melipir, jalan di badan jalan. Benar-benar ga aman deh. Pasti situasi seperti ini banyak kita temukan di sudut-sudut jalan Jakarta dan kota lain di Indonesia.

Di foto berikut ini, trotoar malah digunakan untuk parkir kendaraan bermotor. Ga cuma motor yang bodynya ramping, mobil yang gendut pun menggunakan hampir seluruh badan trotoar untuk parkir.

Ternyata tanaman lebih diperhatikan ya? Demi si tanaman ini, keselamatan pengguna trotoar menjadi nomor kesekian. Seluruh badan trotoar habis digunakan untuk tanaman. Trus orang-orang jalannya dimana? Loncatin pot gitu?

Ini yang lebih ajaib. JPO alias jembatan penyeberangan orang ini kan buatan pemerintah, tapi koq bisa-bisanya didesain ajaib kaya gini. Masa tangganya nutupin satu badan trotoar kaya gini. Trus yang ga mau naik jembatan, mesti melipir-lipir gitu jalannya? Hadeuh....

Foto yang di bawah ini diambil di samping TPU Karet di sisi Jl. Mas Mansyur. Jadi ceritanya lagi ada proyek sesuatu, entahlah apa, tapi sepertinya proyek yang berhubungan dengan drainase di trotoar ini. Tapi parahnya, proyek yang pelaksananya pasti adalah pemerintah ini, lupa kalo trotoar itu untuk pejalan kaki dan mengangkat block-block yang ada sehingga banyak lubang yang menganga. Bisa dipastikan, pejalan kaki tak lagi bisa menggunakan trotoar yang seharusnya adalah hak mereka. Hmm...pemerintah aja bisa ga peduli ya?

Foto berikut berlokasi di bawah fly over Sudirman, yang menghubungkan Jl. Satrio dan Jl. Mas Mansyur. Yang ini di sisi Jl. Mas Mansyur yang dekat dengan Hotel Le Meridien. Imbas proyek jalan layang non tol Tanah Abang - Kampung Melayu, di bawah fly over ini tidak hanya jadi kehilangan space yang layak untuk pejalan kaki, namun diperparah dengan kondisi becek di saat hujan dan debu jalanan yang sangat gila-gilaan di musim panas. Jadi inget waktu di Delft, di depan kampus sedang ada proyek besar untuk mindahin rel kereta api. Tapi pengerjaannya ga asal-asalan. Semua dipersiapkan dengan baik. Space untuk bersepeda, space untuk pejalan kaki, lampu lalu lintas yang harus dipindahkan pun diatur dengan baik. Semuanya bagus, rapi, dan pastinya aman. Kapan ya bisa gitu pelaksana proyek di Indonesia?

Yang berikut masih di sekitar fly over Sudirman. Coba diliat dan diperhatikan, kira-kira pejalan kaki bisa berjalan dengan aman dimana ya? Sisi yang seharusnya untuk trotoar, malah dipenuhi dengan tanaman. Lagi-lagi tanaman menjadi lebih berharga dari nyawa manusia ya? Sisi sebelahnya lagi, dipake berebutan dengan kendaraan roda dua. Plus ada alat berat yang koq kayanya mengerikan banget si ditaro di situ. Kalo ada apa-apa ama si alat berat, jatuh gitu *ketok-ketok meja*, apa kabar yang kebetulan di bawahnya, jadi dendeng? Trusss....?

Nah, ini foto dari arah sebaliknya. Terlalu deh ya....

Ya...jadi begitu deh. Bingung mau protes ke siapa. Lagian para pembuat kebijakan bakal peduli gitu? Fyuuuhh....*lap keringet*

Monday, February 18, 2013

Made in China

Monday, 18th of February 2013

Effan sekarang punya toko mainan favorit baru di Kalibata Mall. Nama tokonya Angela. Harga mainan di toko ini cukup reasonable, jadi bapak ibunya ini ga bakal maki-maki deh sesudah ngebayar :)

Jadinya sekarang Effan punya seribu satu alasan untuk bisa ke Kalibata Mall. Dari alasan pengen makan di Richeese, dan alasan mau makan yang lainnya. Tau aja deh, kalo alasannya makan, emak ama bapaknya ini bakal luluh.

Dan sekitar seminggu yang lalu kita mau ke rumah Opung di Pasar Minggu, tapi sebelumnya mampir ke Kalibata Mall karena Ayah mau mampir ke Gramedia dulu. Effan yang tadinya males diajak ke rumah Opung, menjadi semangat karena disebut bakal mampir ke Kalibata Mall. Udah jelaslah anak itu semangat karna bisa mampir di Angela. Dan akhirnya Effan membeli mainan baru pedang-pedangan di toko ini. Seperti umumnya mainan anak-anak yang beredar, mainan yang satu ini juga salah satu yang diproduksi di negeri tirai bambu. "Made in China" tertulis di salah satu sisi pedang.

Maka terjadilah percakapan berikut, setelah Effan membaca tulisan "Made in China":
Effan: Koq semuanya Made in China si, Bunda?
Bunda: Iya ya.... (sambil bingung mau jawab apa)
Effan: Oh...saya tau. Sepertinya orang Jakarta ga bisa bikin apa-apa ya?
Bunda: (Heehh....speechless) Hahaha..... (dan akhirnya cuma bisa tertawa)

Sunday, December 2, 2012

The Invisible

Setelah sekian lama blog ini ditinggalkan sampe debuan di setiap sudut (ok...ini kayanya lebay :p), I am back with the new story. And this is the newest story about Bunda.


Kemaren waktu mengalami kejadian ini, sibuk browsing sana sini, tapi ga ketemu curhatan dan sharingan dari orang lain yang mempunyai masalah yang exactly sama, so I decide to write this story. Kali aja ada yang mengalami masalah serupa dan sedang galau-galaunya dan sedang mencari seseorang dengan masalah serupa. Soalnya kemaren sempet bingung banget karena dapet informasinya super minim. Even mbah gugel pun bingung, that's really something deh...

Cerita dimulai di sekitar pertengahan bulan Oktober yang lalu. Period yang belum menunjukkan tanda-tanda kedatangan, kalau dihitung dari HPHT yang tanggal 14 September itu. Udah 3 bulan terakhir sejak ga lagi menggunakan IUD, period cukup lancar dan teratur, jadi agak curiga ni kenapa sampe sekitar empat minggu setelah HPHT belum ada tanda-tanda akan period. Biasanya si udah keliatan banget tanda-tandanya setelah empat minggu.

Akhirnya, dicobalah cara tradisional (ya ga segitu tradisionalnya juga si :D), dengan test pack. Rada aneh ya, baru empat minggu udah pake test pack aja. Tapi penasaran bo!! :) Sempet 3 kali test tuh. Yang pertama pake sensitif, hasilnya satu garis saja. Entah bener cuma satu garis, atau aku yang terlalu terburu-buru ngebuang pas liat kayanya cuma ada satu garis, don't know deh. Setelah kembali dipikir-pikir, ini kan pas banget empat minggu setelah HPHT, jadi wajar deh belum ada apa-apa. Jadi kepikiran, mungkin ini cuma masalah waktu sampe period itu datang. Oke, mari menunggu...

Trus yang kedua, lima minggu setelah HPHT. Koq ya masih belum ada tanda-tanda? Becanda nih! Test masih pake sensitif. Hasilnya dua garis, tapi garis yang kedua samar gitu. Trus aku bandingin ama hasil test pack pas Effan dulu. Wah...beda banget!! Yang punya Effan, yang juga kira-kira pas lima mingguan, koq garisnya super tegas ya? Hmmm....mungkin false positif, jadi mari menunggu dulu deh.

Yang ketiga, di sekitar lima setengah minggu setelah HPHT. Penasaran banget, kenapa juga belum period, padahal udah segini lama. Tumben banget ini. Kali ini pake women choice yang katanya bisa mendeteksi sampe 20 ml BHCG. Dibandingkan sensitif, seharusnya ini lebih sensitif ni, soalnya akurasi sensitif itu cuma 25 ml BHCG. Walopun lebih sensitif, harganya women choice malah lebih murah dan belinya cukup di sevel saja. Dan hasilnya ada dua garis dengan garis kedua jadi lebih tegas.

Okay, kesimpulan sementara berarti saat ini sedang hamil. Tapi...kenapa tanda-tanda kehamilan ga segitu terasa ya? Beda banget deh ama pas hamil Effan. Kayanya terlalu banyak simptoms yang hilang ni. Jadi bener-bener super ragu, ini hamil apa engga si? Akhirnya diputuskan untuk ga ngasi tau ke orang-orang dulu tentang hasil test pack ini. Takut malah jadi stres aja si...secara udah tiga ribu lima ratus empat puluh tujuh kali (okay....ini angka khayalan) orang-orang sibuk bertanya, kapan mau punya anak lagi secara umur effan yang udah lebih dari enam tahun. Siapa yang ga pengen, tapi itu kan lebih lebih, sekitar 99% nya adalah urusan The Almighty God! (maap...jadi curcol sembari emosi :D) Jadi ga pengen ada ekspektasi yang berlebihan aja si saat itu. Tapi ternyata si Ayah rada ngember ni ke temennya di kantor. Hadeuh!! Dan secara etika kayanya ga sopan untuk membiarkan orang lain tau, tapi keluarga ga tau, jadi diumumkanlah ke keluarga yang sangat dekat tentang hal ini. Plus mohon didoakan yang terbaik (secara ga tau ini bener hamil apa engga).

Setelah tujuh minggu setelah HPHT, bersama Ayah, kami putuskan untuk datang ke dokter. Aku memilih untuk datang ke seorang dokter di Kemang Medical Care, berdasarkan hasil browsing dan beberapa pertimbangan yang ga penting. Kami datang di hari Sabtu pagi, juga mengajak Effan. Kalau memang hamil, pengennya Effan yang udah sangat besar dan seringkali bilang kalo ga pengen punya adik, sudah dilibatkan dari awal. Saat di USG perut oleh si dokter yang bernama Febriansyah, ternyata terlihat penebalan dinding rahim, tapi tidak terlihat adanya kantong kehamilan, apalagi janinnya. Oleh si dokter, disarankan untuk menunggu dua minggu sebelum kontrol berikutnya.

Wah...kecurigaan makin meningkat ni. Apalagi berdasarkan hasil browsing-browsing, kalo udah tujuh minggu, paling yang ga keliatan itu janinnya. Tapi kantong kehamilan pasti udah ada. Pasti udah keliatan, walopun cuma pake USG perut. Dan bener-bener ga ada yang sharing kalo usia segitu cuma keliatan penebalan dinding rahim. Dudududu.....what happen aya naon ini teh?

Dan setelah dirasa-rasa, kenapa tanda kehamilan ga keliatan ya? Payudara mengencang, emang berasa si...tapi koq lama-lama rasanya melempem lagi. Perut yang bukannya membuncit, malah terasa makin datar. Yaaa....ga sedatar dan sebagus mbak JLo ato mbak Beyonce si, tapi bener deh, ini malah lebih kecil. Apalagi berat badan, ga nambah, malah cenderung jalan di tempat. Dulu waktu hamil Effan, emang ga ada tuh yang namanya morning sickness. Tapi eneg pas makan, iya banget. Tapi yang ini, makan malah makin rakus. Apalagi inget berat badan yang cenderung menyalahi standar BMI.

Dua minggu berlalu dipenuhi rasa curiga dan cemas yang berlebihan. Kalo ga hamil karna emang ga keliatan apa-apa di dalam rahim, kenapa belum period juga ni? Apalagi pas browsing, ga nemu ada masalah serupa. Paling masalah ibu-ibu lain adalah janin yang ga keliatan, tapi kantong janin udah keliatan jelas. Kalo ini si ga masalah. Emang cukup wajar katanya kalo janin belum keliatan di usia tujuh minggu. Tapi in my case, masalahnya adalah cuma ada keliatan penebalan dinding rahim. That's all!! Ga ada apa-apa yang lain. Mencoba berpikir positif, kalo memang ini benar hamil, tapi cuma belum keliatan aja yang lain. Mungkin cuma masalah waktu. Mungkin karna period yang pasti sempat terganggu karna pemakaian IUD. Tapi berpikir positif ini ga berhasil. Dari awal test pack yang garisnya ga jelas itu, udah curiga ada apa-apa. Koq ya bener, periksa awal udah cukup mencurigakan gini. Deuuuh....ada apa ini?

Penantian dua minggu berlalu. Saatnya kembali kontrol ke dokter. Oya, dua hari sebelum waktu kontrol, koq malah keluar flek. Waktu hamil Effan, keluar flek itu cuma sehari sebelum melahirkan. Sebelumnya si aman-aman aja. Waduh....semakin curiga ni! Tapi tetep aja hari Jumatnya kerja dan beraktifitas seperti biasa. Dan fleknya tetep aja keluar.

Hari Sabtu waktu ke dokter, si dokter menyarankan untuk USG transvaginal aja. Baiklah Dok...walopun alat itu terlihat sangat menyeramkan, mari kita lakukan saja. Udah prosesnya ga nyaman, hasil USG juga ga menggembirakan ni. Penebalan dinding rahim masih terlihat, tapi lebih tipis dibandingkan dua minggu sebelumnya. Whaaaattt??? Ada apa lagi ini? Padahal seharusnya, di usia sembilan minggu, lewat USG transvaginal, semua udah keliatan tuh. Janin pun udah pasti keliatan. Kemungkinan hamil di luar kandungan juga ga ada karna sekitar rahim bersih semua.

Trus si dokter menyarankan untuk tes urine dulu di rumah sakit itu. Tes urine ini adalah tes kualitatif, yang cuma bisa ngasi tau positif atau engga, tanpa bisa ngasi tau udah berapa lama kehamilannya. Okay Dok, mari kita laksanakan tes yang memakan biaya seratus tujuh puluh tiga ribu ini...(padahal tes ini akurasinya mirip ama pake sensitif lho, tapi koq ya mahal banget? :(((). Dan hasilnyaaa......positif!!

Balik lagi ke dokter saat itu dan dokternya bingung. Jadilah disarankan untuk tes darah aja. Tes beta HCG adalah tes kuantitatif yang lebih akurat dibandingkan tes urine ini. Kalo di KMC, tes ini bisa makan waktu sampe 3 hari dan super mehong bo...hampir enam ratus ribu. Akhirnya kita putuskan untuk tes di lab di luar KMC aja. Waktu lewat Mampang, kita lewatin Lab Parahita yang dulu namanya Pramita Utama. Kalo mau ke sana, mesti puter balik dulu ni, dan macet. Sambil macet, browsing dulu no telp si Lab dan nelpon dulu. Ternyata biaya tesnya tiga ratus tiga puluh lima ribu rupiah dan kalo siang itu tes, malemnya udah jadi. Baiklah, marilah mampir ke sana. Proses ambil darah ga terlalu lama, trus kita pulang dan malemnya kembali lagi ke sana. Mau tau hasilnya? Kadar beta HCG dalam darahku sebesar 6055 yang artinya bisa masuk dalam range kehamilan 5, 6, atau 7 minggu. Nah lho...nah lho....kenapa begini?

Dan hasil itu aku laporkan ke dokter. Sepertinya beliau berusaha berpikir positif dan bilang kalo mungkin emang belum keliatan aja janinnya, jadi tunggu dua minggu lagi. Sementara itu, karna masih ngeflek, beliau sarankan untuk bedrest aja dan minum duphaston. Walopun dalam hati tidak nyaman, tapi ngikut aja deh disuruh bedrest. Kali aja emang makin banyak gerak, makanya makin banyak ini fleknya. Kali aja emang bener hamil ini. Mungkin aja ini emang masalah waktu sampe nanti keliatan.

Sampai hari Selasa berikutnya, flek masih keluar dan tanpa rasa sakit. Karna banyak yang menyarankan untuk mencari second opinion, maka diputuskanlah mau ke dokter obgyn lain. Seorang teman yang adalah dokter menyarankan untuk datang ke fetomaternal yang memang ahli untuk melihat kelainan dalam kehamilan. Tadinya mau ke dr. Noroyono Wibowo, tapi koq ya susah banget dapet jadwal prakteknya hari itu dan harus bikin appointment dulu. Ya sudahlah, nyari yang lain aja. Liat di jadwal praktek Hermina Jatinegara, ada dr. Judi Endjun yang juga ahli fetomaternal. Dulu juga suka liat rubrik konsultasi dokter ini di tabloid Nakita. Kayanya si dokter ini lumayan oke juga. Tapi pas mau daftar ke Hermina, ternyata dokter ini full untuk sore itu. Browsing browsing, jadi tau kalo dokter ini juga praktek di RSPAD. Pas nelpon ke RSPAD, disuruh langsung datang karna si dokter praktek siang itu antara jam 11 sampai 12. Ya udah deh, buru-buru ke RSPAD.

Ini adalah pertama kalinya aku ke RSPAD. Lumayan rame juga ya...dan rumah sakitnya gede juga. Setelah daftar, aku yang ditemenin ama mama mertua diantarkan ke poliklinik kebidanan. Ga perlu nunggu lama, kita ketemu ama dr. Judi. Lagi-lagi harus USG transvaginal ni. Setelah lumayan lama (rasanya si lama, padahal mungkin cuma lima menitan) di USG, si dokter juga ga bisa menemukan apa-apa di dalam rahim. Beliau juga melihat cuma ada sedikit penebalan di rahim. Tanda-tanda kehamilan lain, seperti kantong kehamilan, juga ga keliatan. Kemungkinan janin di luar rahim, juga ga ada. Semua bersih. Akhirnya si dokter menyarankan untuk mencari opini dari dokter fetomaternal lain di Klinik Fetomaternal di Jl. Kimia. Beliau menyarankan untuk datang ke dr. Bambang Karsono yang adalah guru beliau. Jika dokter fetomaternal lain juga tidak menemukan apa-apa, beliau menyarankan untuk langsung dikuret saja malam itu. Waduuuhh....ga kurang serem tuh? Ada yang lebih serem lagi si. Kalo nanti habis kuret masalahnya ga selesai, mungkin harus dilaparoskopi untuk liat, sebenernya ada dimana janinnya. Ini juga pernah dibilang ama dr. Febri. Haish...ogah banget mesti laparoskopi.

Akhirnya kita meluncur ke Jl. Kimia. Ternyata kalo mau ke dr. Bambang ini, mesti book dari jauh-jauh hari. Kalo mau book hari itu, baru bisa dapat giliran di bulan Desember. Halahlah....kita butuh cepet ini. Ya udahlah, tadi dr. Judi juga bilang, boleh siapa aja yang lain yang ada. Nanya ama petugasnya, yang segera akan praktek dr. Sri Pudyastuti. Walopun biasanya aku ga prefer dokter perempuan, tapi ya sudahlah, ama yang ini aja.

Setelah menunggu sekitar satu jam waktu prakteknya si dokter, aku pun masuk kamar periksa. Again and again harus di USG transvaginal. Hmm....twice a day gini...hebat!! Sebenernya udah jadi biasa di USG begini, dan ini ama dokter perempuan pulak, tapi AC ruang periksa yang kelewat dingin, malah bikin super ga nyaman. Dokter ini juga ga menemukan apa-apa di rahim, kecuali sedikit penebalan rahim itu. Beliau juga menemukan yang lain si, di sebelah kiri rahim, seperti ada massa yang sangat kecil berukuran sekitar 8x7 mm. Tapi massa ini sepertinya juga bukan janin karna ukurannya terlalu kecil. Jadi kemungkinan bukan hamil di luar kandungan. Akhirnya beliau menyarankan untuk tes darah kembali. Jika tes darah menunjukkan peningkatan signifikan, artinya hamil. Kalo tidak signifikan, artinya hamil di luar kandungan. Atau opsi lain, akan dievaluasi di minggu berikutnya dan saat itu harus lanjut bedrest.

Udah tiga dokter, ga ada yang bisa ngasi tau exactly ada apa ni. Akhirnya setelah diskusi ama Ayah, kami putuskan untuk menunggu dulu. Tapi nanti hari Sabtu, tes darah lagi aja deh. Sengaja menunggu seminggu, biar keliatan perbedaan signifikan hasil tesnya.

Hari Selasa malam itu, tiba-tiba darah yang keluar mendadak banyak dan perut nyeri. Ini akibat dua kali USG atau kenapa, entahlah. Coba nelpon dr. Febri, menurut beliau kalo darahnya sangat banyak dan harus bolak balik tuker pembalut, perlu untuk ke rumah sakit. Tapi kalo engga, tidak perlu khawatir. Ternyata emang ga sebanyak itu juga darahnya. Bahkan besok paginya, cuma flek seperti sebelumya. Pada akhirnya, setelah dipikir-pikir, sepertinya ini adalah peluruhan yang sebenernya dari rahim, yang disebut abortus spontan mungkin?

Akhirnya seminggu itu aku habiskan dengen bedrest aja di rumah. Ya ga segitu bedrestnya juga si, secara ada Effan yang ga akan mungkin membiarkan Bundanya terus-terusan santai di tempat tidur. :)
Hari Sabtu, kita kembali ke Lab Parahita. Oya, kita kembali ke lab ini karna saran dr. Sri. Kata beliau sebaiknya kembali periksa ke lab yang sama. Sepertinya si biar hasilnya bisa dibandingin apple to apple.
Dan kali ini hasilnya adalah 3050. Hmm....berarti ada penurunan ni. Kalo menurut Ayah, yang emang logikanya lebih jalan daripada Bunda :p, ini artinya udah terjadi peluruhan. Sebelum tes, Ayah emang udah berharap hasilnya lebih kecil daripada hasil tes sebelumnya. Kalo lebih besar, menurut Ayah, cenderung ada kelainan tuh. Tapi kalo lebih kecil, artinya udah luruh, bakal lebih normal hasilnya. Kata Ayah, yang penting secara fisik ga ada kelainan apa-apa di tubuh Bunda, urusan hamil apa engga, itu belakangan aja deh. Aiihh....so sweet deh si Ayah *kiss kiss*.

Jadwal ke dokter selanjutnya adalah Sabtu minggu depan. Tapi kalo hasil tes darahnya gini, kayanya mending dipercepat aja deh. Walaupun hasilnya udah dikomunikasikan via sms ke si dokter, tapi kayanya tetap harus di-USG dulu sebelum ada keputusan akhir. Akhirnya hari Rabu, kembali ke dr. Febri yang kebetulan praktek malam di Hermina Jatinegara. Oya, sejak hari Selasa nya, udah ga ada flek-flek lagi ni. Udah cenderung bersih.

Lagi-lagi harus di-USG transvaginal. Bener-bener puas deh!! Hasil dari USG, dinding rahim sudah semakin tipis. Karna ga ada lagi flek ataupun darah yang keluar dan dinding rahim yang udah hampir normal, juga saluran reproduksi lain normal, jadi ga butuh dikuret. Prosesnya sudah terjadi secara alami. Darah yang keluar lebih dari sepuluh hari kemarin, udah ngeluarin semua. Tinggal nunggu aja sampai period kembali normal seperti biasa. Tinggal nunggu juga sampe kadar HCG dalam darah kembali normal.

Okay deh, artinya ini adalah kehamilan yang gagal. Kenapa bisa gagal, menurut dokter kemungkinan karena bibit pembentuknya yang kurang bagus, entah itu sel telurnya atau spermanya. Jadi rahim secara alami menolak embrio yang terbentuk dan meluruhkannya. That's good karna emang seharusnya begitu. Jadi yang terbentuk seharusnya memang adalah embrio baik yang akan menghasilkan janin dan bayi yang baik.

Walaupun rasanya sedih, tapi lebih-lebih kesel karna harus menghabiskan banyak waktu untuk ke dokter dan mikirin semua ini. Plus kesel karna period cycle koq ya berantakan gini (kesel yang ga penting sangat ini). Sedihnya ga berasa lebay seperti orang keguguran lainnya karna emang ga pernah liat kalo janinnya exist. Untung juga si begitu...jadi emang ga berasa hamil beneran kemaren-kemaren. Dan ga yang terlalu expect banget juga ni. Seperti orang Indonesia lainnya yang selalu merasa beruntung di setiap peristiwa, dalam kejadian ini, untungnya ga perlu dikuret dan untung banget ga perlu proses laparoskopi.

Okay sodara-sodara, from now on, please stop asking me about having new baby!! Terbukti sudah kan, ini bukan semata-mata urusan eike ama laki eike. Yang paling menentukan adalah Yang Di Atas. Kalo Dia bilang belum saatnya, ya belum saatnya. Kalo Dia bilang kami cuma akan dipercaya punya satu Effan, sampe kapanpun ga akan berhasil kehamilanku. Atau kalo Dia bilang aku berhak dapet tiga anak lagi, ya itulah yang akan terjadi (tapi jangan sampe tiga lagi deh Tuhan, bisa makin kurus ni aku, ngurus 1 aja BMI ga kunjung normal ;)).

On top of it, I believe that God have the best plan for me. Thank you God for giving me and my husband an experience like this. :)

PS: I wanna say sorry for all my dear friend, especially in the office that I refuse to tell you all this story. I don't really like being asked since it is something that make me stress, upset and everything that screw my feeling. But I decide to write this story since it is one way communication and it is easier for me.

Wednesday, October 12, 2011

Peminta-minta

Wednesday, 12th of October 2011

Kemaren sempet baca di kompas forum, tulisan seseorang tentang motif baru peminta-minta. Sejauh yang aku ingat, aku ga pernah suka ama peminta-minta. Dimulai dari sejak tinggal di Bukittinggi, sepertinya waktu itu masih SD deh, liat pengemis yang sering aku liat dalam perjalanan pulang, tapi saat dia menikahkan anaknya, pestanya meriah. Waktu itu belum nge-trend tuh yang namanya organ tunggal di Bukittinggi karna masih dianggap mahal. Tapi si pengemis itu mampu untuk mengadakan itu. Hmm.....bahkan mereka lebih makmur dari keluarga kami. Menghasilkan lebih dari mama dan papa yang banting tulang setiap hari. Jadi sejak itu, jadi males banget deh untuk mau memberi kepada seorang pengemis. Dan ke sini-sini, ga jarang juga baca pengalaman hidup seorang pengemis yang punya 'usaha' di Jakarta, tapi di kampungnya punya rumah beberapa. Trus pernah juga baca tentang suatu daerah di Depok yang dikenal dengan nama Kampung Pengemis karna hampir semua orang di kampung itu berprofesi jadi pengemis. Kalau ga salah nama asli daerah itu adalah Kampung Lio. Mereka bahkan menolak menjadi pembantu rumah tangga karna menurut mereka penghasilannya yang ga seberapa.

Dan beberapa hari yang lalu, aku blogwalking dan mampir ke blognya kakak. Dan baca salah satu postnya yang judulnya Peyek and Blessing. Naahh...jenis seperti ini yang aku suka. Orang yang dengan segala keterbatasannya mau berusaha untuk bisa menghidupi dirinya sendiri dan mungkin juga keluarganya. I bet, it must be hard. Must be difficult. Orang dengan keterbatasan pastilah bakal lebih gampang untuk memilih profesi jadi pengemis. Kalau orang tua gitu, pasti bakal mengundang rasa kasihan yang lebih dari orang-orang kan?

Jadi ingat pengalaman-pengalaman sendiri. Aku adalah tipe orang yang cukup detail, suka memperhatikan keadaan sekeliling, bahkan hal-hal yang ga penting. Terutama sejak tinggal dan kerja di Jakarta, jadi makin banyak memperhatikan keadaan sekeliling. Apalagi most of the time, aku menggunakan angkutan umum, jadi lebih banyak kesempatan untuk memperhatikan.

Yang namanya peminta-minta di Jakarta itu, banyaaaaakkkkkk banget. Walaupun banyak, tapi aku ga bisa inget, kapan aku pernah memberi kepada salah satu dari mereka. Ya..karna ingat pengalaman di Bukittinggi itu tadi, jadi mengharamkan diri sendiri untuk memberi kepada seorang peminta-minta. Tapi yang sering aku lakukan adalah memberi lebih kalau aku membeli sesuatu. Misalnya, aku ga pernah beli tissue di supermarket. Nah...di bis biasanya tissue itu dijual dengan harga 1500. Aku menghargai si penjual. Aku tau kalau keuntungannya pasti ga banyak. Cuma tissue, paling berapa si untungnya? Jadi aku biasanya memberi 2000, tapi tidak meminta kembalian. Melihat wajah shock di penjual dan memberi ucapan terima kasih dengan pandangan mata yang berbeda, it is such a blessing for me. And it's only 500 rupiah!! Bahkan jajannya Effan sehari bisa lebih banyak dari itu.

Dan hal seperti ini sering juga kita lakukan kalo beli sesuatu di lampu merah. Ngotot nawar, tapi pas bayar ga minta kembalian. Nawar tetep penting donk...tapi memberi adalah sesuatu yang lain :)
Aku inget, suatu ketika Leo manggil tukang sol sepatu. Aku juga inget dia ngotot minta harganya dimurahin yang akhirnya dikabulkan si tukang sol. Selama mengerjakan sepatunya, mereka sempat ngobrol. Entah karna cerita si tukang sol yang menyentuh, tapi akhirnya Leo ngasi bayaran seperti harga awal yang diberi si tukang sol. Si tukang sol pasti heran tuh, ama orang aneh yang cape-cape nawar, tapi akhirnya malah begitu :D

Oya, aku juga ingat, waktu itu pernah ada pemulung yang lewat di depan rumah. Si pemulung ini membawa gerobak dan di dalamnya ada 2 orang anaknya yang sepertinya masih balita. Aku menghargai orang tuanya yang masih mau berusaha untuk menghidupi anaknya. Ga kaya yang sering terjadi di Jakarta, bahkan anak pun diberdayakan untuk jadi peminta-minta. Nah.. saat kejadian itu, sebelumnya kami liat mereka di ujung jalan Condet dalam perjalanan pulang. Dan begitu sampai di rumah, aku ambil beberapa makanan cemilan Effan, kalo ga salah biskuat gitu deh, dan begitu mereka lewat depan rumah, kita hentikan dan beri makanan itu. Hmm....see the smile of the kids is such a wonderful thing. Di rumah kadang Effan bahkan menyia-nyiakan makanannya karna dia bisa dengan gampangnya mendapatkannya, tapi anak-anak ini sepertinya melihat cemilan sebagai barang mewah. Hmm...

Setelah setahun berada di Belanda, aku merasa ini adalah sesuatu yang hilang dari hidupku. Rata-rata masyarakat di sini punya tingkat kesejahteraan yang sama. Jadi bakal amat sangat jarang sekali deh ketemu ama orang-orang yang benar-benar harus berjuang demi sesuap nasi. Padahal buat aku, ini adalah salah satu caraku untuk menghargai dan mensyukuri hidupku. Walaupun dibandingkan dengan teman-teman lain yang pendidikannya sama ama aku, penghasilanku tidak terlalu besar, tapi dengan melihat keadaan sekelilingku seperti ini, bikin aku makin bersyukur ama transferan setiap tanggal 25 ke rekeningku itu (yaa...yang sementara ini terhenti selama 1.5 tahun). Jadi kesimpulannya, aku senang bisa hidup di Indonesia karna salah satu aspek kehidupan yang satu ini.

Oya, ada postingan lain dari kakak yang cerita pengalamannya waktu 'road show' (istilah infotainment ni). Pengen juga deh sesekali melakukan ini, cuma biar bisa lebih berbagi...

Okay...mari ditutup saja posting ga penting malam ini. Semoga kita semua lebih bisa berbagi ke sesama. Percaya deh, itu bisa membuat kita makin menghargai dan mensyukuri hidup kita sendiri. Daripada ngedumel-dumel menyesali hidup kan ya? :)

Wednesday, September 28, 2011

Kangen kunjungan

Wednesday, 28th of September 2011

Postingan yang ini adalah tulisan dengan topik yang berbeda dengan postingan lainnya di blog ini.

Akibat stuck ama proposal thesis yang tidak kunjung menjadi cerah, jadilah aku blogwalking, watching some video on youtube, dan berakhir dengan sebuah video yang memperlihatkan anak-anak di panti asuhan. Saat melihat video ini, tiba-tiba kenangan beberapa tahun lalu muncul.

Ya...sewaktu masih kuliah di Bandung, aku ikut suatu kelompok kegiatan di gereja. Selain kegiatan doa setiap minggu, kita juga diharapkan untuk melakukan suatu kunjungan setiap minggunya. Ada beberapa pilihan tempat kunjungan.

Yang pertama adalah rumah sakit, untuk mengunjungi orang sakit dan berdoa bagi mereka. Kadang ada beberapa orang sakit yang sedikit dikunjungi, diharapkan ini menjadi penghiburan tersendiri bagi mereka. Walaupun tugas ini cuma butuh waktu sebentar, tapi sumpah, I really don't like this one. Berasa kurang nyaman aja si, karna kadang kayanya yang dikunjungi terlihat kurang berkenan.

Yang kedua adalah panti jompo. Kebanyakan orang-orang tua yang berada di panti ini, jarang mendapat kunjungan dari keluarganya. Sepertinya ada banyak deh, yang keluarganya tidak berada di Indonesia, makanya mereka dititipkan di panti. Dan kalaupun di Indonesia, menurut mereka, anak dan cucunya sangat sibuk dan melupakan mereka.
Jadi kalau ada kunjungan dari kita, mereka pasti bakal senang banget karna ada yang diajak ngobrol. Yaa....dengan kegiatan panti yang begitu-begitu aja, pastinya mereka merasa bosan ya. Wajar kalau ada orang yang datang, mereka akan sangat senang. Dan berhubung penghuni panti jompo adalah orang tua yang sudah mulai pikun, jadi jangan heran kalo untuk kunjungan kedua, ketiga dan seterusnya, bakal disuguhi cerita yang itu itu lagi :D
Frankly speaking, walaupun dengan kunjungan ke panti jompo aku selalu merasa senang, karna sambutan para penghuni dan melihat ekspresi mereka yang sumringah dengan kehadiran kita, tapi tetep ada sesuatu yang bikin males juga kadang-kadang. Males ama baunya, hahaha...... Jadi konon katanya, kalau udah tua, bakal lebih susah untuk nahan pipis kan ya? Jadilah opa dan oma (terutama opa) jadi rada bau pesing gitu. The same thing also happen to my Grandpa. Tapi dulu kan cuma Opung seorang yang harus aku hadapi. Kalau ada banyak di panti jompo, hmm.....

Yang ketiga adalah panti sosial tuna netra. Indonesia itu belum ramah ama penderita tuna netra dan low vision. Ga banyak tuh yang namanya buku dengan huruf braille. Dan walaupun tuna netra, ada banyak dari mereka yang sekolah dan bahkan kuliah. Kebayang ga, ikut kuliah untuk orang normal, dengan buku-buku yang sama dengan yang dipakai ama orang normal. Jadi mereka butuh seseorang untuk membacakan buku itu. Kadang saat kita baca, juga direkam biar mereka bisa mengulang sendiri di lain waktu.
Oya, waktu itu pernah ada yang minta dibacain Harry Potter. Biasanya kalau baca buku pelajaran cukup dengan intonasi biasa, tapi untuk novel satu ini, jadi pake intonasi yang sedikit berlebihan. Maksudnya si biar lebih berasa aja serunya ceritanya. Tapi alhasil jadi lebih cape....
Satu pengalaman yang bener-bener menyenangkan dan selalu terkenang adalah waktu jadi asisten ujian salah satu penderita low vision di fakultas hukum salah satu kampus di Bandung. Jadi penderita tuna netra atau low vision di kampus ini, saat ujian diperbolehkan membawa seorang asisten untuk membacakan soal dan menuliskan jawaban. Nah...temenku yang low vision ini sepertinya persiapannya kurang mantep ni mau ujian. Jadi dia banyak yang ragu-ragu pas menjawab. Dan aku pun berimprovisasi. Untuk beberapa pertanyaan yang dia ga mau jawab karna bener-bener blank, aku isi dengan karangan indah ala engineer. Hihi...ga tau deh hasil ujiannya gimana. Tapi dia berhasil lulus koq :D
Eh..karna sering juga ke panti yang letaknya di Jalan Padjajaran Bandung ini, ada beberapa hal yang aku tau tentang kehidupan para tuna netra dan low vision. Ternyata di SLB itu, dari kelas di tingkat bawah, salah satu hal yang pertama kali diajarkan adalah bagaimana menggunakan tongkat dan mengetahui permukaan tanah tempat mereka berjalan. Trus jadi tuna netra itu irit untuk urusan alat tulis. Selama ga hilang, alat untuk nulis braille, bisa dipakai seumur hidup. Juga di panti itu, diajarkan gimana cara memijit. Makanya banyak tukang pijit tuna netra ya...

Yang keempat adalah panti asuhan. Dan ini adalah tempat kunjungan favoritku. Tujuan kunjungan ke panti asuhan utamanya adalah untuk menemani anak-anak di sana belajar karna pengasuh mereka yang cuma sedikit ga bisa menghandle mereka semua. Walaupun suka gemes banget ngajarin anak-anak ini, tapi sumpah rasa senangnya luar biasa. Mereka adalah anak-anak yang tidak mendapat kasih sayang dari orang tua mereka. Ada pengasuh panti, tapi itu ga bisa menggantikan posisi orang tua dalam kehidupan mereka. Jadi kalau kita datang, ada banyak anak yang justru pengennya ngobrol aja dan curhat. Walaupun kita ga masalah untuk ngobrol, karna menurutku ngobrol juga kebutuhan, tapi belajar dan mengerjakan pr kan yang lebih utama. Jadinya belajar dulu deh. Tapi sering kali saking ga sabarannya, sambil bikin pr, mereka ngajak ngobrol juga. Jadi deh ga konsen bikin prnya. Deuh...gemes!!
Saking senengnya datang ke panti, pernah beberapa kali aku datang walaupun ga ditugaskan. Dan aku dianterin mas pacarku yang juga pengen tau kegiatanku ini. Padahal biasanya aku ga terlalu suka ama anak kecil lho...entah kenapa perasaan itu menjadi sangat berbeda saat datang ke panti-panti asuhan itu.
Oya, ternyata anak-anak yang di panti itu ga selamanya yatim piatu. Ada yang dititipkan di sana karna orang tuanya merasa ga mampu secara ekonomi, atau orang tuanya berpisah, atau anaknya dianggap terlalu nakal oleh orang tuanya. Dan walaupun mereka masih punya orang tua, mereka jarang dikunjungi oleh orang tua mereka. Jangan-jangan malah aku yang lebih sering dateng, hmm....

Argh....beneran kangen....!!! Kapan ya bisa rutin kunjungan kaya gini lagi?

Tuesday, August 9, 2011

Cita-cita jadi playboy

Tuesday, 9th of August 2011

Kadang yang namanya menulis itu bisa menghilangkan stress. Apalagi nulisnya pake bahasa Indonesia tercinta, tapi ga bahasa yang baku, jadi bener-bener bisa release stress deh. Ga perlu mikir, vocab apa yang bagus, grammarnya udah bener apa belum, etc...etc...

Jadi mumpung lagi ga ada deadline yang mengejar dan udah lama banget juga ini blog ga diupdate, plus lagi ada cerita lucu yang sepertinya patut ditulis untuk dikenang, jadi marilah bercerita :)

Kejadiannya udah lebih dari seminggu yang lalu, tapi lupa persisnya kapan. Sekonyong-konyong Mami cerita via bbm. Diawali dengan btw, Mami nanya, "Udah tau belum kalo Effan cerita tentang cita-cita ama mbak?"

Tentu belum donk Mami....secara waktu itu juga komunikasi skype yang kurang lancar karna Ayah lagi di sini dan Gayek yang agak bingung urusan per-laptop-an dan per-modem-an.

Jadi gini cerita Mami via bbm itu:
Effan lagi cerita tentang cita-cita sama Mbak. Trus dia bilang kalo cita-citanya adalah.....eng...ing.....eng....
"Aku mau semua girl sayang ama aku."

Cerita yang sangat singkat, tapi berhasil membuat Bunda terpana dan akhirnya terpingkal-pingkal. *ROTFL*
Cita-cita macam apa ini? Kesimpulan Bunda si, ini cita-cita untuk jadi playboy. Astagaaaa.....what should I do? Apakah ada kesalahan dalam proses perkembangannya atau ini cuma sekedar proses pembelajarannya aja?

Hmmm.....sepertinya ga perlu dipusingin dulu lah. Yaaa....ambil positifnya aja....Tanpa perlu repot-repot pengamatan oleh psikolog, sekarang kita bisa sangat yakin kalo Effan punya orientasi yang sangat normal!! Yiiiihhaaaaa.....hahahahaha....

Dan kalo mau sedikit membanggakan anak sendiri, sepertinya cita-cita ini bisa gampang tercapai....secara dari sekarang udah keliatan kalo Effan ganteng...(oya, beberapa orang pernah bilang kalo Effan itu beatiful boy...diartiin sendiri deh maksudnya). xixixixi.... *gedubraaaakkkkk* *emak narsis*

Oya, Effan sampe sekarang belum tau apa bahasa Indonesia untuk boy dan girl. Jadi kalo ngomong, walaupun semuanya udah dalam bahasa, tetep aja boy dan girl ga berubah jadi cowo dan cewe. :)

Saturday, March 12, 2011

Today, five years ago...

Saturday, 12th of March 2011

Today, five years ago, I delivered a cute little baby to this wild world. It was not his time yet, but how could we refuse him to come?

It was Sunday morning. I and my husband, Leo, was sleeping late, around 3 or 4 a.m. Suddenly I had a terrible stomachache, around 6 a.m. I thought it was only because I have to go to the toilet. Then I went to the toilet and after that continued my sleep. But the stomachache was still there. Again I woke up at 10 a.m. I thought something wrong was happening. Leo also woke up at that time. We thought that this is what we called contraction. Then Leo called the doctor and he asked me to come to the hospital if the contraction is still going. Since it wasn't stop at all, in spite it became worse, then we went to hospital. There were no other kind of vehicle available except Leo's old yellow motorcycle. Luckily we have a friend who has another kind of motorcycle. So with his motorcycle, we went to the hospital. I was screaming all the way to the hospital. I knew that people were looking at me while I screamed, especially at a traffic light. But I did not care. It was really hurt.

Thanks God, we arrived at the hospital. People were looking at us. They looked confuse, see a pregnant woman with her husband on a motorcycle and so obvious that it was the time for her. I could see the question inside their mind, why do they use motorcycle? :D

The doctor was not in the hospital yet. So I had to be patient, not to push it at that moment. But the water suddenly broke. Lucky me, the doctor arrived at the hospital after few minutes. And it took only minutes, I delivered my baby to the world. Leo was accompany me in the room, I was really happy because of that. It was only two of us at that time. And I was so happy that I did not have to spend many hours to get him out of my stomach :D

Gosh...I cannot explain what I felt at that moment. I was so damn happy. All the struggle, all the difficulty, all the problem seemed to be disappear. And after few days, we gave the name to our baby, Wenseslaus Leon Effan Waranggana...

Four years ago, it was Effan's first birthday. There were bad news and also good news that day. My grandmother passed away, that's the bad news. I hadn't had time to come and see her before she passed away. Also I couldn't bring Effan to see her. And the good news is Ayah started to work at his new office.

Effan's first year was full of difficulties. But I really thanks God, that He let us passed all the difficulties.

Three years ago was Effan's second birthday. I got fever at that time, then I did not come to my office. I was glad that I could spent all day long with my handsome birthday boy. It was no celebration for this birthday. We just bought a birthday cake and pray together after Leo came home. At that moment, Effan did not really understand about the meaning of birthday, that's why there were no celebration.

Breastfeeding is only for child under two years old. It was a difficult homework for me to stop breastfeeding Effan. But, with good collaboration between me and Leo, within few days, he just stop breastfeeding.

Two years ago was Effan's third birthday. Bunda was still in recovery period after having a surgery. Then Bunda could spent the happy day with Effan. And together with Gayek, we bought a birthday cake for Effan. And that day was Thursday, it was not Effan's school day. So we just spent time at home.

And on the next day, there was a celebration of Effan's friend birthday at his school. I did not manage to celebrate Effan's birthday at school. I thought that he still do not understand about the meaning of birthday. But I was wrong. In the celebration of his friends' birthday, I could see that he envy him for that.

One year ago was Effan's forth birthday. I do not want to make the same mistake with the previous year, days before his birthday, I talked with his teacher that we want to celebrate his birthday at school. And I prepared all the things relevant for that. The birthday cake, the goody bag, and also the proposal to my boss so I can get one day leave for that day. :)

Unfortunately, Leo was so hectic with his job and could not manage to attend Effan's birthday party at school. But Effan was so happy for the party and I am glad that I made a good decision. And he like his birthday cake a lot. Even I did not eat the cake at all!! :D

And today is Effan's fifth birthday. I woke up at 2 a.m. CET to say happy birthday to him. But as usual, he did not pay attention with the thing that I said. Huhuu....so sad for that. I wish I could spend the whole day with you. Just like the last four years. But I could not. Then I will just pray for you, honey...wish you become a good, clever, nice boy and afraid of God.

As you said, "I am not a baby, Bunda. I am boy", you already a grown up boy now. Wish you become a better and better person every day.

Happy birthday honey....Bunda will always love you ;)

PS: Ayah...I think it is already the time to have another child. He is already a big baby now ;)

Friday, October 29, 2010

United Nations' Birthday

Friday, 29th of October 2010

Hari ini, Bunda pulang sudah cukup malem. Yaaa...ga terlalu malem si, tapi kalo dikonversi ke waktu di Jakarta, ya jadi malem banget aja...
Karena ga ada kerjaan (ada si assignment yang perlu dipikirin, tapi kayanya tar aja deh itu :D), dan lagi bosen untuk browsing macem-macem, jadi Bunda nulis lagi aja deh.

Hari ini di sekolah Effan ada acara peringatan hari lahirnya United Nations. Hmm...Bunda lupa deh pelajaran sejarah itu, tanggal berapa persisnya United Nations di-established? Untungnya ada google yang bisa bantu Bunda, jadi ga kelamaan penasarannya. The United Nations established on October 24th, 1945. Berarti ini adalah peringatan ulang tahun yang ke-65...ga beda jauhlah ya ama Indonesia (walaupun di negri Belanda ini, Indonesia baru diakui merdeka tahun 1949, huuuhhh....sebel deh dengernya!!).

Dan untuk perayaan ini, semua anak di sekolah Effan diminta untuk memakai pakaian tradisional dari negara-negara di dunia. Hadoooohhh.....ga ada yang lebih susah apa kostumnya? Karna ga mau repot mikirin, jadi waktu Gayek kasi tau beberapa hari yang lalu, Bunda langsung aja bilang Gayek untuk makein Effan tuxedonya yang belum pernah dipakainya itu.

Jadilah Effan hari ini menggunakan tuxedo, yang ga jelas sebenernya dari negara mana. Tapi anggaplah Effan jadi The UN Secretary-Generalnya, hehe...kebayang Kofi Annan dalam stelan jasnya, jadi ganteng gitu walaupun berkulit gelap ;)

Dan tak disangka dan tak dinyana, pagi-pagi Effan gampaaaang banget dipakein baju. Eh, waktu Ayah nyobain baju itu beberapa hari yang lalu, juga gampang. Padahal biasanya Effan kan susah disuruh nyobain baju.

Sempet pose dulu ama Ayah sebelum berangkat.... ;)



Dan di sekolah pun, semua berlangsung lancaaarr...Ini kata Gayek si, secara Bunda kan ga hadir di sana. Ada banyak anak yang nangis, tapi Effan baik-baik saja. So proud of you baby!! Eh, sekarang Effan ga mau dipanggil baby lagi ding, katanya I'm a boy, Bunda!! Iya deh baby boy.... (but you will always be my baby, honey :D). Bunda masih belum dapet cerita lengkap kegiatan di sekolah tadi ni, tar deh nanya lagi ke Gayek, sekalian minta foto-fotonya.

Dan sampe di rumah pun, Effan ga mau ngelepasin bajunya sampe berjam-jam. Padahal tuxedo yang di dalamnya ada rompi dan ada kemeja. Tumben banget dia ga kegerahan ato jadi risi?!? But...he looks so gorgeous in that outfit!!

Monday, October 25, 2010

Tidur Bareng

Monday, 25th of October 2010

Bunda kira, tinggal berjauhan dengan Effan bakal membuat blog ini jadi super sepi. Soalnya ini kan jurnal, yang Bunda pengen jadi sarana belajar menulis dan menjadikan keluarga, terutama Effan jadi topik utamanya. Tapi ternyata ada aja yang bisa dijadiin cerita.

Ini adalah hari ketiga Bunda nemenin Effan tidur. Yup, thanks for the technology that help us to do this. Dengan menggunakan video call dari skype, masing-masing kita meletakkan laptop di sisi badan saat akan tidur dan si laptop dibiarkan nyala sepanjang malam.

Malam pertama, kebetulan malam minggu, Effan jadi tidur sangat larut gara-gara ngobrol lama ama Bunda. Bahkan akhirnya Ayah udah ketiduran, Effan masih aja ngobrol ama Bunda. Dan akhirnya setelah sekitar jam 2 pagi di sana, Effan pun ngantuk dan mulai teler, kemudian tertidur.

Malam kedua, setelah lama ngobrol, juga ngobrol bersama Ayah, udah saatnya Effan untuk tidur. Saat sepertinya Effan mengantuk, dia sempat bilang ke Ayah, untuk kembali menelpon Bunda jika koneksi putus. Yaaahhh...dengan kalimatnya sendiri deh. Hmm....ternyata dia merasa nyaman karna Bunda temani untuk tidur walaupun dengan cara seperti ini.

Huaaaa....you cannot imagine how I felt. I was really really happy knowing that my son still feel comfortable with me, although we use this way. Although several times, a conversation like this happened:
Effan: Emangnya Bunda sayang sama aku?
Bunda: I always love you, honey!
Effan: Kalo Bunda sayang ama aku, Bunda bobo di rumah aku aja...
Bunda: (miris)

Malam ketiga, Bunda kembali berniat menemani Effan. Tapi ga tau apa karna tidur siang kelamaan atau dia lagi gelisah kenapa, Effan ga juga bisa tidur padahal udah jam 12 lewat. Akhirnya dimatiin deh laptopnya. Jangan-jangan susah tidur karna ada laptop yang nyala juga.

Huff....seperti kata Ayah, Effan anaknya suka bosenan, tapi Bunda berharap dia ga pernah bosen menggunakan skype ini. Semoga dia ga bosen ngeliat Bundanya di laptop melulu dan ga pulang-pulang. Ameeeeeennnn.....



PS: I just couldn't stop my tears while writing this story. I feel so happy, but in the other side, I also feel sad that I couldn't accompany my son as usual. Still questioning myself whether it's the right decision or not :(

Sunday, October 17, 2010

Jangan Sakit Donk Sayang....

Sunday, 17th of October 2010

Udah lamaaaaa banget ga nge-update blog ini. Entah kenapa, beberapa bulan terakhir seperti malas untuk menulis. Tapi tiba-tiba, hari ini Bunda merasa kangeeeeeennnnn banget ama Effan dan kayanya menulis jadi pelampiasan yang menyenangkan.

Delapan hari sudah Bunda meninggalkan kota Jakarta, meninggalkan Effan dan Ayah tentunya, datang ke kota kecil bernama Delft di bagian selatan Netherlands. Tadi pagi dapet kabar dari Ayah kalo Effan demam tinggi sampai 39 dercel. Bunda ga ingat kapan terakhir kali Effan sakit yang beneran sakit seperti itu. Biasanya kalo Effan sakit kan cuma batuk atau pilek gara-gara alerginya itu. Sakit seperti itu, tidak pernah menghalangi aktivitas Effan.

Tapi yang ini koq lain ya, Bunda liat Effan cuma tidur-tiduran aja di kasur, seperti lemes karna kehabisan energi. Itu bukan Effan yang biasanya. Tanpa bisa ditahan, si air mata itu menetes. Maaf sayang, Bunda ga bisa ada deket Effan waktu Effan sakit.

Walaupun Bunda sangat percaya kalo Ayah bisa menghandle semua, apalagi ada Gayek dan semua orang di rumah, tapi tetep aja, I can't get it out of my mind. Baru kali ini Bunda jauh dari Effan waktu Effan sakit. Yeah...bahkan ini baru pertama kalinya kita pisah lama. Biasanya paling lama juga dua hari, itupun waktu Bunda masuk rumah sakit.

Uuuhh....terlalu banyak hal yang berkecamuk di pikiran. But you have to know something honey, Bunda love you more than anything in this world.... :)