Tuesday, January 13, 2009

The rain is pouring all day long

Tuesday, 13th of January 2009

Dari tadi malam, hujan turun tanpa henti. Jam 5 pagi, pas bangun, keliatannya makin deres aja ni hujannya. Hmm...bikin males bangun ni. Dan hujannya bener-bener ga ada berentinya. Sempet berenti sebentar, trus tiba-tiba deres lagi. Wah...mau pergi ke kantor jadi bingung ni. Mau nunggu hujan dulu, tapi hujannya ga reda-reda. Ya udah, daripada naik motor dan harus nunggu hujan berenti, akhirnya Ayah ama Bunda nebeng deh ama temennya Ayah.

Wah...ternyata akibat hujan sepanjang malam udah keliatan ni. Udah terjadi kemacetan dimana-mana. Seperti biasa deh pasti. Ada genangan air di jalan-jalan yang bikin kendaraan ga bisa lewat. Dan di beberapa tempat, ada motor-motor yang nekat untuk menerjang banjir, jadinya malah mogok dan bikin jalanan semakin macet. Kalo denger di radio dan liat berita di internet, emang diberitakan kalo seluruh Jakarta hujan. Kemacetan juga terjadi dimana-mana.

Oh iya, beberapa hari yang lalu, Ayah nanya Bunda tentang perhitungan curah hujan. Emang agak membingungkan ya untuk orang awam kalo melihat satuan curah hujan yang dalam mm atau cm per satuan waktu, misalnya 1000 mm/bulan. Bingung kenapa satuannya dalam satuan panjang bukan dalam satuan volume.

Setelah browsing sana sini dan bertanya kepada teman yang sepertinya mengerti, akhirnya diperoleh jawaban. Ternyata satuan ini menunjukkan ketinggian air hujan dalam tabung pengukur dalam suatu satuan waktu. Jadi hujan ditampung dalam suatu tabung pengukur dalam waktu yang dibutuhkan. Kemudian ketinggian air dalam tabung tersebut diukur. Ketinggian air itulah yang disebut sebagai curah hujan.

Nah...yang jadi pertanyaan sekarang adalah berapa luas permukaan tabung penampung tersebut. Karna yang dibutuhkan oleh Ayah adalah data volume hujan, jadi perlu tau berapa luas permukaan tabung penampung ini. Yang berwenang dalam perhitungan curah hujan di Indonesia adalah BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika). Badan milik pemerintah ini memiliki titik-titik pemantauan yang tersebar di seluruh Indonesia. Akhirnya Bunda coba browsing ke www.bmg.go.id untuk mencari informasi ini. Tapi setelah ditelusuri semua content dalam website tersebut, data mengenai tabung penampungan ini tidak ada.

Jadi Bunda nanya deh ke temen Bunda yang sepertinya tau tentang ini. Dan ternyata dia tau berdasarkan diktat kuliah sipil yang masih dia pegang. Ini adalah diktat kuliah SI-2231 Rekayasa Hidrologi dan Drainase, yang ditulis oleh M. Syahril B.K. Menurut diktat itu, diameter permukaan tabung penampung adalah 10 cm, sehingga luas permukaannya adalah 78,5 cm2. Oya di diktat itu juga ada gambar tabung penampung hujan yang ada di kampus ITB. Wah..Bunda baru tau tuh di kampus ada yang kaya gini. Ini cuplikan dari diktat itu:

Hujan: diukur dengan menggunakan tabung ukur dengan bentuk dan dimensi standar. Di Indonesia tabung ukur ditempatkan pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Diameter tabung +/- 10 cm. Di bagian atas tabung dilengkapi corong dengan luas permukaan tampung hujan sebesar 200 cm2. Akumulasi tinggi hujan yang tercatat dianggap sebagai tinggi curah hujan rata-rata yang terjadi pada daerah yang terwakili selama selang waktu pengamatan. Pengukuran data hujan dilakukan dengan sistem pencatatan dalam bentuk tabel. Data hujan dengan periode yang lebih lama merupakan akumulasi dari data dengan periode pengamatan yang lebih pendek. Data hujan harian adalah data yang tercatat selama 1 hari, walaupun mungkin, lama waktu hujan yang terjadi kurang dari 24 jam. Data hujan bulanan diperoleh dari jumlah curah hujan harian yang tercatat dalam bulan yang bersangkutan, walaupun mungkin, tidak setiap hari dalam bulan tersebut terjadi hujan. Data tahunan diperoleh dari akumulasi data pengamatan selama 1 tahun. Dengan demikian, data hujan yang tercatat pada umumnya tidak bersifat kontinyu (discrete).
Pada tiap bulan pencatatan dilakukan rekapitulasi data selama bulan yang bersangkutan. Data curah hujan bulanan biasanya digunakan untuk analisis ketersediaan air untuk pertanian, perkebunan, pengelolaan waduk, air minum dll. Data curah hujan tahunan dapat diperoleh dari rekapitulasi data curah hujan bulanan pada tahun yang bersangkutan. Data curah hujan tahunan biasanya dibutuhkan dalam analisis iklim.
Dengan sistem pengukuran yang ada sekarang ini, data hujan yang tercatat kebanyakan dalam satuan curah hujan harian. Data dengan periode pencatatan lebih pendek (misal 15, 30, dan 60 menit) kadangkala dapat diperoleh pada lapangan terbang nasional/international, data ini biasanya disebut intensitas hujan. Pada umumnya intensitas hujan bersifat kontinyu dalam periode pengamatannya tersebut.


Tapi lain lagi hasilnya kalo menurut hasil browsingan temennya Ayah. Pencarian dilakukan dengan google, dengan keywords: bagaimana cara menghitung curah hujan. Dan hasilnya ada di http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080513183204AAwh1tQ. Dari artikel itu disebutkan kalo luas permukaan tabung penampung, yang di artikel ini disebut sebagai luas mulut penakar adalah 100 cm2. Hmm....koq beda ya? Jadi bingung mau pake yang mana. Tapi artikel ini adalah hasil tulisan seseorang yang ga tau siapa. Jadi sepertinya lebih baik percaya ama diktat kuliah sipil itu deh.

Malam ini, Aki ama Eyang Dida ngundang kita ke rumah mereka di Pinang Ranti. Ada misa untuk memperingati ulang tahun perkawinan mereka yang ke-40 tahun. Wew...udah lama banget lho. Yang paling bikin salut adalah kemampuan mereka mempertahankan rumah tangga dengan adanya perbedaan keyakinan di antara keduanya. Yang jelas-jelas sama keyakinannya aja banyak yang akhirnya pisah, tapi ini hebat banget bisa survive. Hmm....two thumbs up!!

Pulang dari Pinang Ranti udah jam 10 lewat. Pas masuk Jalan Condet, banyak yang berdiri di tengah jalan minta sumbangan. Waduh...ternyata air Ciliwung udah naik dan membanjiri rumah di pinggir kali. Mulai gawat ni!

No comments: