Wednesday, November 25, 2009

Komitmen

Wednesday, 25th of November 2009

Banyak hal yang kita lakukan dalam hidup kita yang dasarnya adalah suatu komitmen. Dimulai dari waktu kecil kita masuk sekolah. Walaupun pada awalnya hal ini adalah kegiatan paksaan dari orang tua, tapi selanjutnya ini adalah komitmen kita. Kitalah yang harus menaati komitmen itu dengan mengikuti kegiatan sekolah dengan baik. Apalagi saat masuk ke bangku kuliah, ini murni adalah komitmen kita, karna umumnya kita sendirilah yang memilih bidang yang akan kita masuki.

Setelah memasuki usia yang dewasa, komitmen yang umum kita lakukan adalah komitmen dengan pasangan melalui pernikahan yang akhirnya akan berbuntut menjadi komitmen pada suatu keluarga (kecil) dan komitmen dengan pekerjaan. Saat ini Bunda menjalani keduanya. Namun melaksanakan keduanya sekaligus, ternyata adalah hal yang sangat sulit. Saat memutuskan untuk bekerja, padahal sudah memiliki keluarga dan anak, Bunda merasa akan gampang saja dalam pelaksanaan keduanya. Tapi ternyata di suatu waktu ada salah satu hal yang harus dikorbankan. Padahal sebenarnya kalo sudah punya komitmen untuk keduanya, tidak seharusnya mengorbankan yang satu untuk yang lain.

Tapi kita semua adalah manusia biasa yang tidak memungkinkan untuk melakukan 2 hal berbeda sekaligus.
Misalnya saja saat Effan atau Ayah sakit. Ugh....ini adalah hal yang sangat sulit untuk Bunda. Di satu sisi, Bunda merasa ga mungkin meninggalkan pekerjaan, tapi di sisi lain meninggalkan ada yang sakit di rumah juga menjadi sebuah beban. Entah kenapa saat dihadapkan pada kondisi seperti ini, seringnya Bunda memilih untuk tetap pergi kerja. Memilih komitmen terhadap kantor. Dalam pikiran Bunda, kalo kantor urusannya ama banyak orang dan bukan orang-orang terdekat, sedangkan kalo keluarga adalah orang-orang terdekat yang pasti bisa mengerti apapun yang akan Bunda lakukan. Apalagi kalo Bunda ga masuk tanpa keterangan sakit, dianggapnya cuti, sayang aja kan kalo ga kepepet banget untuk cuti...

Kalo Effan yang sakit, Bunda biasanya si malah lebih santai karna Effan walaupun sakit, tetap aja ceria seperti tidak ada masalah, jadi ga akan menjadi beban untuk ditinggalkan. Cukup Bunda kontrol sering-sering via telpon dan Bunda pulang cepat, sepertinya sudah cukup. Tapi kalo Ayah yang sakit, ini yang musingin. Ayah bisa merengut kalo ditinggalin dalam keadaan sakit. Mana kalo lagi sakit, Ayah biasanya malah jadi hobi marah-marah. Hmprfh....... :(

Kalo sekarang nambah lagi masalahnya. Di sekolah Effan, ada aja acara yang dilaksanakan. Misalnya aja kegiatan Hari Kartini, Halloween, dan lainnya. Kalo cuma sekedar ambil report aja si, Bunda bisa izin datang telat, tapi kalo yang lainnya berarti kan harus cuti. Ga bisa juga selalu cuti setiap ada kegiatan di sekolah.
Yang Bunda ingat akhirnya Bunda memilih untuk tetap di rumah adalah waktu Effan sakit dan harus dirawat di rumah sakit selama 4 hari. Selama 4 hari pula Bunda sama sekali ga ke kantor. Dan waktu Ayah operasi gigi. Bunda nemenin Ayah yang ngeselinnya setengah mati waktu kesakitan. Hmmm.......kayanya suatu saat Bunda harus memilih salah satunya saja, biar tidak ada beban tidak menyenangkan saat harus memilih salah satunya. Dan kalo harus memilih, Bunda sudah tau harus memilih yang mana. Ayah......Bunda udah boleh milih belum? ;)

No comments: