Tuesday, 25th of August 2009
Tepat hari ini, dua tahun yang lalu, satu kejadian penting terjadi di rumah Condet. Om Andre, adeknya Ayah dipanggil oleh Tuhan. Kejadian yang begitu cepat, cuma selang beberapa hari dari sakitnya itu, Om Andre pergi. Benar-benar mendadak dan mengejutkan.
Ga ada salahnya sepertinya untuk merefresh apa yang terjadi. Waktu itu Om Andre sedang liburan kuliah di Condet. Om Andre kuliahnya di Bandung. Bunda agak lupa, hari itu hari Selasa atau hari Rabu ya, tapi seingat Bunda di hari Rabu tanggal 22 Agustus 2007, waktu Ayah dan Bunda sampe di rumah, banyak ibu-ibu tetangga di rumah. Saat itu Bunda dijemput oleh Ayah ke kantor setelah mengalami macet yang luar biasa. Ayah sudah ditelpon dan dikasi tau kalo Om Andre sakit, pusing-pusing, tapi tidak menyangka sama sekali kalo sakitnya sangat parah. Sambil bingung, kami dijelaskan bahwa Om Andre dibawa ke RS UKI karna tiba-tiba ga sadarkan diri. Om Andre yang sebelumnya mengeluh pusing, tiba-tiba ambruk, muntah-muntah, dan bahkan BAB tanpa sadar di atas tempat tidur. Benar-benar ga sadarkan diri. Saat itu di rumah cuma ada Bibi pembantu yang dulu, Om Sandro, dan Effan yang masih berumur setaunan. Untungnya Om Sandro bisa berlari-lari ke kompleks belakang untuk meminta tolong ke seorang ibu yang memang sudah akrab dengan Mama. Akhirnya Aki berhasil sampe di rumah duluan dan dengan bantuan seorang tetangga lainnya, Om Andre pun dibawa ke RS UKI.
Tanpa lebih lama menunggu, Ayah langsung ke RS UKI sementara Bunda di rumah, bersama Effan dan Om Sandro. Ternyata fasilitas RS UKI tidak memadai, jadi dipindah ke RS St. Carolus. Dan hasil dari pemeriksaan dokter, yang terjadi adalah pembuluh darah di otaknya Om Andre pecah, jadi seperti stroke itu. Jadi Om Andre termasuk di antara segelintir orang yang tidak beruntung memiliki pembuluh darah di otak yang tipis. Sejalan dengan pertumbuhannya, pembuluh darah itu makin tipis karna diisi oleh aliran darah yang semakin banyak. Jika tekanan darah cenderung stabil, mungkin kondisi ini tidak ada masalah. Tetapi Om Andre punya hipertensi yang sepertinya menjadi pencetus pecahnya si pembuluh darah. (Katanya si, artis Sukma Ayu juga mengalami hal ini)
Bunda baru bisa ke rumah sakit keesokan harinya. Waktu Bunda datang, Om Andre ada di kamar perawatan ICU dengan begitu banyak alat di tubuhnya. Saat Bunda pegang bagian badannya, sudah terasa dingin. Ga ada reaksi apapun saat diberi rangsangan. Tekanan darahnya pun sangat rendah, jauh dari kondisi normal. Sepertinya Om Andre masih bisa bernafas semata-mata hanya karna ada alat pacu yang bekerja di jantungnya. Dari pemeriksaan dokter, bahkan batang otaknya Om Andre juga udah ga bekerja lagi. Darah yang pecah dari pembuluh darah itu sudah membasahi semua bagian otak lainnya. Jadi walaupun ada mukjizat yang menyebabkan dia kembali sadar, mungkin nantinya dia tidak akan bisa lagi berjalan dan beraktivitas seperti orang normal.
Jumat malam, dilakukan pertemuan keluarga besar di lobi ICU. Pertemuan dilakukan setelah ada pernyataan dari dokter kalau sepertinya sudah tidak ada harapan lagi.
Jadi dokter mau bertanya, treatment apa yang mau dilakukan. Minimal treatment atau maximal treatment. Kalo minimal treatment, berarti obat-obatan yang diberikan adalah obat-obat saat itu dan bahkan dikurangi dosisnya. Kalo maximal treatment berarti treatment yang diberikan harus terus ditambah sesuai kebutuhan tubuh Om Andre yang kondisinya terus menurun. Saat pertemuan keluarga ini, setidaknya 2 kali kami dipanggil ke dalam ruang ICU karna kondisi Om Andre yang tiba-tiba sangat drop. Tapi ternyata setelah itu kembali membaik. Tanpa ada keputusan apa-apa, karna sudah sangat malam, kami semua pulang, kecuali Ayah, Mama, dan Aki. Tapi saat baru sampe di rumah, waktu Bunda dan Mami baru mencoba untuk tidur, ada berita dari rumah sakit kalo Om Andre sudah pergi. Hmpfh....beruntungnya Ayah, Mama, dan Aki bisa mendampingi Om Andre di saat terakhirnya.
Yeah...itu kejadian dua tahun lalu yang masih Bunda ingat dengan sangat jelas di memori Bunda. Beberapa kali Ayah juga menyatakan penyesalannya karna hari itu menjemput Bunda dulu dan akhirnya terjebak macet yang parah, sehingga ga bisa secepatnya sampe ke rumah. Saat Om Andre sedang liburan ke Condet, saat dia sedang berusaha akrab dengan Effan yang masih berumur setahun, ternyata itu adalah saat terakhirnya. Tapi itulah rencana Tuhan. Pasti rencana-Nya lebih indah dari semua rencana yang mungkin ada ;)
Tuesday, August 25, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment