Friday, November 14, 2008

Banjir aja terus...

Friday, 14th of November 2008

Waktu bangun subuh-subuh gitu, ternyata lampu udah ga nyala. Tadinya Bunda kirain lampunya aja yang putus, ternyata listriknya yang padam. Hmm....ada apa ya ini?

Ternyata pagi itu Mama udah nelpon aja ke PLN. Dan jawaban PLN, listrik dipadamkan karena permintaan warga di pinggir Sungai Ciliwung yang udah kebanjiran. Heh....koq bisa gitu? Kayanya semaleman kemaren ga ada ujan deh. Kayanya cerah-cerah aja. Trus waktu berangkat ke kantor, di jembatan yang melintasi Sungai Ciliwung, Bunda liat emang air sungai udah meluap dan bahkan rumah yang ada di pinggir sungai udah kerendem setengahnya. Koq aneh ya? Airnya dari mana ni?

Setelah nyampe di kantor, mikir-mikir, coba-coba browsing, akhirnya Bunda ngerti kenapa sampe banjir. Ini banjir kiriman dari Bogor. Kalo kata Ayah, pintu air yang di Bogor itu (Katulampa ya namanya?), ketinggiannya udah melebihi batas normal. Seharusnya 80 cm, jadi 120 cm. Ya, gimana ga banjir ya kalo gitu.

Tapi kenapa ya masalah banjir kiriman ini ga pernah usai dari tahun ke tahun? Koq sepertinya ga pernah ada usaha dari pemerintah untuk bisa menanggulanginya. Mungkin usaha ada kali ya, tapi sepertinya kurang serius. Kalo ada usaha serius, pastilah urusan banjir kiriman udah jadi history.

Tapi apa ya kira-kira usaha yang bisa dilakukan untuk penanggulangan masalah banjir kiriman ini ya? Sebenernya yang paling mendasar cara penanggulangannya si adalah dengan memperbaiki sistem drainase dan sistem resapan tanah. Easy to say, but I know that it is really hard to do. Gimana caranya memperbaiki sistem resapan tanah. Secara alami, memang tanah akan menyerap air yang melewatinya (dalam hal ini adalah air hujan). Dan penyerapan akan menjadi maksimal apabila terdapat tanaman pada tanah tersebut. Pasti inget kan pelajran SD, kalo akar tanaman akan menyerap air hujan yang lewat. Tapi sudah sangat jelas, dengan begitu banyaknya pembangunan, tanah bukannya ditutupi oleh tanaman, malah ditutupi oleh semen dan bangunan-bangunan. Gimana airnya bisa terserap kan? Bahkan lahan yang jelas-jelas untuk RTH aja banyak yang berganti fungsi. Tapi beberapa waktu yang lalu sempet ada beberapa POM bensin di Jakarta yang digusur untuk RTH. Ini udah bagus, menunjukkan kepedulian pemerintah yang meningkat terhadap masalah lingkungan.

Untuk masalah drainase, hmm...kayanya lebih sulit lagi ni. Dari awal ada pembangunan kota-kota di Indonesia, kayanya ga ada ya yang merencanakan sistem perkotaannya secara benar. Terlebih untuk sistem air buangan dan drainase. Mungkin yang paling oke cuma sistem air bersih. Itu juga banyak kekurangan di sana sini tuh. Jadi kalo sekarang mau perbaiki masalah drainase, wah....repot banget deh kayanya. Liat aja, pembangunan Banjir Kanal yang ga kelar-kelar.

Ada lagi satu masalah yang biasanya memperparah keadaan saat banjir. Kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah ke sungai. Setiap kali banjir, dari Ciliwung diangkat sampah hingga hitungan ton!! Wow...!! Bunda jadi inget, di bulan Februari 2007 waktu ada banjir besar di Jakarta, Bunda lagi di jembatan di atas Sungai Ciliwung, ada orang di depan Bunda yang dengan santainya membuang gelondongan kayu ke dalam sungai. Saat itu jelas-jelas sedang banjir. Jelas-jelas ada beberapa ton sampah yang diangkat dari Sungai Ciliwung di Jembatan Kalibata, tapi koq ya masih ada orang yang bisa dengan santainya membuang sampah lagi ke badan sungai. Kesadaran setiap manusia Indonesia memang masih kurang kayanya.

Meminjam istilah WWF, 'Think globally, act locally' is really nice words...Apalagi kalo kita semua bisa applikasikan dalam kehidupan kita. Mungkin bisa dimulai dari hal kecil, membuang sampah pada tempatnya, membuat lubang biopori di rumah, menggunakan kendaraan umum...

No comments: