Friday, February 5, 2010

Dokter Spesialis Paru Anak

Friday, 5th of February 2010

Tadi malam, Effan tidur malam seperti biasa. Minum susu dan tertidur. Tapi di tengah-tengah tidurnya, Effan terbatuk-batuk. Karna curiga Effan kedinginan, jadi ac kamar pun Bunda matiin. Tapi ternyata itu tidak mengubah kondisinya. Tetap saja Effan terbatuk-batuk. Bisa dikatakan sepanjang malam Effan batuk sampai-sampai dia sulit untuk tidur. Akhirnya baru setelah jam 4 pagi lah Effan bisa tidur dengan nyenyak. Huff.... nanti kita ke dokter ya sayang...

Dokter Bambang ini prakteknya jam 4 sore sampai jam 7 malam. Karna di Hermina peraturannya untuk konsultasi adalah siapa yang duluan datang yang duluan dipanggil, jadi biar Effan ga perlu nunggu lama, Bunda datang duluan ke sini dari kantor dan setelah itu Effan nyusul bersama Gayek. Bunda sampai di Hermina sekitar jam 17.05. Langsung daftar dan masukin buku. Tapi ternyata itu pun udah ngantri banget. Kira-kira ada sekitar 15 antrian sebelum nama Effan. Effan yang ternyata udah siap dan ga sabar untuk pergi dari rumah, akhirnya sampai di Hermina sekitar 40 menit kemudian.
Karna banyaknya antrian dan lamanya konsultasi setiap pasien, sampai-sampai Effan pun merasa bosan dan berkali-kali minta pulang, kita akhirnya dipanggil juga sekitar jam setengah 8 malam!! Ough....ga terasa udah 2 jam lebih aja nunggunya :(

Waktu konsultasi, dokter cuma menanyakan 3 poin:
1. Apakah ada yang punya riwayat asma dalam keluarga?
2. Apakah ada yang merokok?
3. Apakah sedang ada kegiatan membangun di rumah?

Dan untuk semua, jawabannya adalah ya. Dan si dokter pun berkata, "Kalo gini si, udah jelas penyebabnya. Mau ke dokter mana aja, juga sama aja, kalo penyebab ini ga dihindari!" Jadi karna riwayat asma tidak mungkin dihindari, untuk kedua hal lainnya sedapat mungkin dihindari. Menurut dokter, kalo anak seperti Effan yang punya bakat asma terpapar oleh asap rokok, maka diperlukan waktu minimal 2 minggu baginya untuk pulih dari batuk itu. Wah.... lama juga ya? Berarti harus benar-benar tegas ni, untuk menghindarkan Effan dari asap rokok. Saat ngobrol dengan dokter, Effan mengeluarkan Tiggy dari dalam tas. Saat tau kalo Effan punya boneka favorit seperti ini, dokter juga menyarankan untuk menyingkirkan Tiggy. Dokter mengatakan kalo Bunda harus tega mengambil Tiggy dari keseharian Effan. Waahh.... ini jelas yang paling berat!!

Selain memberikan resep obat-obatan, Effan juga dianjurkan untuk fisioterapi dengan diuap. Jadi selesai dari dokter, Effan diuap dulu. Awalnya saat melihat anak lain menangis, Effan tampak takut untuk diuap. Tapi begitu masuk ke dalam ruangan dan kemudian di mulut dan hidungnya diletakkan master penguapan itu, Effan santai aja tuh. Ga pake nangis, ga pake takut, walaupun menjelang berakhir penguapannya Effan jadi bosan dan mendesak-desak untuk segera dilepas maskernya. Setelah selesai penguapan, dada dan punggung Effan dibalur dengan balsem (lupa ngintip merknya apa, tapi baunya mirip ama vicks si). Sambil dibalsem, sambil dipukul-pukul lembut punggung dan dadanya. Tapi ga seperti anak lain yang muntahin dahaknya setelah diuap, Effan malah lempeng aja, ga muntahin apa-apa. Lho... ini dosisnya yang kurang ato Effan yang ga mau keluarin dahaknya? Hadooh...kalo gini si, dahaknya ga habis-habis, kapan mau sembuh :(

Anyway, Effan kan juga dikasi obat batuk yang bentuknya puyer. Semoga obat batuk ini mujarab, Effan bisa sembuh, Amin!!

Oya, Bunda agak terkaget-kaget ni ama biaya dokternya. Liat di webnya Hermina, tarif dokter spesialis kan 135 ribu, tapi ternyata untuk dr. Bambang ini jauh lebih mahal, yaitu 240 ribu. Sepertinya karna beliau dokter sub spesialis si... Fyuuh.... kalo kali ini ga manjur, I really don't know what to say ;p

3 comments:

Unknown said...

Info terbaru prof bambang sekarang tarifnya Rp.390.000,00 semoga bermanfaat

Unknown said...

Bun dokter bambang komunikatif g???rencana besok mau kesana niiii

Leo-Ade-Effan said...

Halo Bunda....udah lama banget nih saya ga ke dr. Bambang. Tapi as far as I remember, dokter ini cukup komunikatif walaupun not as I expected. Berharapnya kalau sub spesialis bisa memberi jawaban yang jauh lebih banyak, ternyata ya ga juga. Dan yang paling bikin cape, ya antriannya itu. Tapi itu pengalaman dulu yaaa....dan pandangan pribadi saya aja :)