Tuesday, February 19, 2013

Ciri negara berkembang (?)

Saya pernah membaca quote seseorang, tapi lupa euy, baca dimana dan siapa yang memberi quotenya. Quotenya kira-kira begini bunyinya setelah dibahasaindonesiakan:
"Di negara berkembang, orang-orang berlomba untuk mendapatkan kendaraan pribadi. Sedangkan di negara maju, orang-orangnya berlomba untuk dapat menggunakan transportasi umum."
Translate-annya jelek banget deh ini. Tapi kira-kira begitulah intinya.

Setelah sempat mengalami kehidupan (yang tidak hanya sekedar berwisata) ke negara maju dan hampir seumur hidup tinggal di negara berkembang, sepertinya saya pun menjadi cukup paham mengenai hal ini. Memang di negara berkembang (entah semua negara berkembang atau ini mostly hanya di Indonesia ya?), situasinya sangat tidak ramah untuk pengguna transportasi umum. Plus sarana-sarana penunjangnya yang sangat tidak layak, contohnya trotoar. Padahal sudah sangat pasti pengguna transportasi umum juga akan menggunakan trotoar. Jadi amat sangat wajar kalo golongan menengah pun akan berlomba-lomba untuk mempunyai their own vehicle. Apalagi golongan atas. Naahh...berikut adalah beberapa foto kondisi trotoar untuk pejalan kaki yang amat sangat tidak layak yang saya temukan di Jakarta. Sebagian adalah trotoar yang sehari-hari harus saya lewati.

Di empat foto pertama, lokasinya adalah di sepanjang Jalan Otto Iskandardinata, Jakarta Timur, antara terminal Kampung Melayu hingga Gereja Antonius Padua.

Liat deh di foto pertama ini. Seluruh badan trotoar digunakan oleh pedagang kaki lima untuk membuka lapaknya. Trus eike si pejalan kaki ini jadi mesti melipir, jalan di badan jalan. Benar-benar ga aman deh. Pasti situasi seperti ini banyak kita temukan di sudut-sudut jalan Jakarta dan kota lain di Indonesia.

Di foto berikut ini, trotoar malah digunakan untuk parkir kendaraan bermotor. Ga cuma motor yang bodynya ramping, mobil yang gendut pun menggunakan hampir seluruh badan trotoar untuk parkir.

Ternyata tanaman lebih diperhatikan ya? Demi si tanaman ini, keselamatan pengguna trotoar menjadi nomor kesekian. Seluruh badan trotoar habis digunakan untuk tanaman. Trus orang-orang jalannya dimana? Loncatin pot gitu?

Ini yang lebih ajaib. JPO alias jembatan penyeberangan orang ini kan buatan pemerintah, tapi koq bisa-bisanya didesain ajaib kaya gini. Masa tangganya nutupin satu badan trotoar kaya gini. Trus yang ga mau naik jembatan, mesti melipir-lipir gitu jalannya? Hadeuh....

Foto yang di bawah ini diambil di samping TPU Karet di sisi Jl. Mas Mansyur. Jadi ceritanya lagi ada proyek sesuatu, entahlah apa, tapi sepertinya proyek yang berhubungan dengan drainase di trotoar ini. Tapi parahnya, proyek yang pelaksananya pasti adalah pemerintah ini, lupa kalo trotoar itu untuk pejalan kaki dan mengangkat block-block yang ada sehingga banyak lubang yang menganga. Bisa dipastikan, pejalan kaki tak lagi bisa menggunakan trotoar yang seharusnya adalah hak mereka. Hmm...pemerintah aja bisa ga peduli ya?

Foto berikut berlokasi di bawah fly over Sudirman, yang menghubungkan Jl. Satrio dan Jl. Mas Mansyur. Yang ini di sisi Jl. Mas Mansyur yang dekat dengan Hotel Le Meridien. Imbas proyek jalan layang non tol Tanah Abang - Kampung Melayu, di bawah fly over ini tidak hanya jadi kehilangan space yang layak untuk pejalan kaki, namun diperparah dengan kondisi becek di saat hujan dan debu jalanan yang sangat gila-gilaan di musim panas. Jadi inget waktu di Delft, di depan kampus sedang ada proyek besar untuk mindahin rel kereta api. Tapi pengerjaannya ga asal-asalan. Semua dipersiapkan dengan baik. Space untuk bersepeda, space untuk pejalan kaki, lampu lalu lintas yang harus dipindahkan pun diatur dengan baik. Semuanya bagus, rapi, dan pastinya aman. Kapan ya bisa gitu pelaksana proyek di Indonesia?

Yang berikut masih di sekitar fly over Sudirman. Coba diliat dan diperhatikan, kira-kira pejalan kaki bisa berjalan dengan aman dimana ya? Sisi yang seharusnya untuk trotoar, malah dipenuhi dengan tanaman. Lagi-lagi tanaman menjadi lebih berharga dari nyawa manusia ya? Sisi sebelahnya lagi, dipake berebutan dengan kendaraan roda dua. Plus ada alat berat yang koq kayanya mengerikan banget si ditaro di situ. Kalo ada apa-apa ama si alat berat, jatuh gitu *ketok-ketok meja*, apa kabar yang kebetulan di bawahnya, jadi dendeng? Trusss....?

Nah, ini foto dari arah sebaliknya. Terlalu deh ya....

Ya...jadi begitu deh. Bingung mau protes ke siapa. Lagian para pembuat kebijakan bakal peduli gitu? Fyuuuhh....*lap keringet*

Monday, February 18, 2013

Made in China

Monday, 18th of February 2013

Effan sekarang punya toko mainan favorit baru di Kalibata Mall. Nama tokonya Angela. Harga mainan di toko ini cukup reasonable, jadi bapak ibunya ini ga bakal maki-maki deh sesudah ngebayar :)

Jadinya sekarang Effan punya seribu satu alasan untuk bisa ke Kalibata Mall. Dari alasan pengen makan di Richeese, dan alasan mau makan yang lainnya. Tau aja deh, kalo alasannya makan, emak ama bapaknya ini bakal luluh.

Dan sekitar seminggu yang lalu kita mau ke rumah Opung di Pasar Minggu, tapi sebelumnya mampir ke Kalibata Mall karena Ayah mau mampir ke Gramedia dulu. Effan yang tadinya males diajak ke rumah Opung, menjadi semangat karena disebut bakal mampir ke Kalibata Mall. Udah jelaslah anak itu semangat karna bisa mampir di Angela. Dan akhirnya Effan membeli mainan baru pedang-pedangan di toko ini. Seperti umumnya mainan anak-anak yang beredar, mainan yang satu ini juga salah satu yang diproduksi di negeri tirai bambu. "Made in China" tertulis di salah satu sisi pedang.

Maka terjadilah percakapan berikut, setelah Effan membaca tulisan "Made in China":
Effan: Koq semuanya Made in China si, Bunda?
Bunda: Iya ya.... (sambil bingung mau jawab apa)
Effan: Oh...saya tau. Sepertinya orang Jakarta ga bisa bikin apa-apa ya?
Bunda: (Heehh....speechless) Hahaha..... (dan akhirnya cuma bisa tertawa)